Finish Kesepain Ku
Meli terpaku melihat keindahan pagi, dia merasakan nikmat yang begitu indah yang diberikan oleh yang maha kuasa.
Bruk…….!
Dia tersentak, tiba-tiba saja terdengar suara ricuh dari dalam rumah.
“Oh..tuhan apa lagi yang terjadi ? ? kapankah penderitaan ini akan berakhir ?”.
Meli menghela napas panjang, sampai akhirnya dia menguatkan diri untuk masuk kedalam rumah untuk melihat apa yang terjadi.
“Akh… betul fikirku , pasti mama dan papa bertengkar kembali. Mengapa mereka selalu seperti ini ? Apakah mereka tak pernah memikirkan perasaanku ? Oh tuhan apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus lari dari semua kenyataan ini ? atau aku hanya berdiam diri melihat semua yang terjadi atau haruskah aku berontak pada mereka dan mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan. Tapi aku rasa semua itu tidak ada gunanya, sebab mereka tidak akan menghiraukanku. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri,”fikirMeli dalam hati saat melihat kedua orang tuanya bertengkar di meja makan.
“Stooooop!,”suara Meli bak halilintar,dia benar-benar tidak bisa menahan perasaannya lagi sehingga kata-kata itu keluar dari bibirnya.
Seketika itu semua terdiam,lalu melihat ke arah Meli. Meli berlari menuju kamar, dengan air mata yang mengalir di wajahnya. Meli tak sadar mengapa tiba-tiba saja dia menjerit kesetanan seperti itu.
Setelah beberapa jam berdiam diri di kamar sambil meratapi semua yang terjadi, Meli pun keluar dan mencari dimanakah kedua orang egois itu …
“o…. syukurlah ternyata mereka telah pergi dan pasti tidak akan ada lagi kericuhan sampai mereka datang,”pikirnya.
Meli duduk di teras rumah menatap keramaian, terpikir dalam benaknya mengapa dia tak bisa merasakan apa yang mereka rasa, mengapa dia selalu merasa sepi, padahal dia selalu berada di dalam keramaian, tuhan kapan kah semua ini akan berakhir,”pikirnya dalam lamunan.
Kring…kring…!
Suara alarm itu hampir memekakkan telinga Meli karena tepat berada di samping telinga kanannya. Pagi ini, Meli ke sekolah seperti biasa setelah beberapa hari libur.
Meli bangkit dari tempat tidurnya, lalu bergegas. Setelah dia selesai mandi dan berpakaian rapi dia keluar dari kamar. Meli tidak melihat seorang pun yang menyambut dia pagi ini dan tak ada tanda-tanda untuk mengantarnya ke sekolah. Meli hanya melihat mbok Ina yang memang bertugas untuk membenahi rumah, hanya dia yang menyambutnya di depan meja makan dan menyediakan sarapan buat Meli.
“Kemana mama dan papa mbok?,” Meli bertanya pada mbok Ina.
“ibu dan tuan tidak pulang tadi malam non,”mbok menjawab dengan kecewa.
“Em………aku sudah menduga kalau mereka tidak pulang, karena tidak ada suara kericuhan pada pagi ini,baguslah setidaknya aku bisa pergi sekolah dengan tenang,”.Meli bergumam di dalam hati.
Setelah menyantap sarapan, Meli bergegas pergi ke sekolah dengan taksi. Jarak rumah Meli dan sekolah tidak terlalu jauh. Jadi, dalam waktu 15 menit Meli telah sampai di sekolahnya. Dia melihat teman-temannya di antar oleh orang tua mereka . Terbesit rasa iri di hati Meli, dia merindukan kasih sayang orang tuanya . Sejak kakaknya meninggal orang tua Meli tidak pernah akur , bahkan mereka sering tidak berada di rumah dan Meli tidak pernah tahu mereka berada dimana . Saat Meli melamun di depan pintu kelas tiba- tiba ada seserang yang mengejutkannya .
“ hei Mel, apa kabar?,”tiba-tiba saja terdengar suara dari belakang Meli.
“oh kamu Sis, kirain siapa!. Aku baik , kamu gimana kabarnya?.
“so pasti baik dong,”Sisca menjawab dengan centilnya.
“oh iya tadi aku ketemu sama kak Doni, dia kirim salam tuh sama kamu.
“kalo kamu ketemu sama dia lagi, bilang kirim salam kembali.”
“Oke bos, beres!”.
Pembicaraan mereka pun terhenti, karena miss Rani sudah berada didepan pintu kelas.
Sepulang sekolah……
“Mel..!!!!”
“ sepertinya aku mengenal suara itu,” Meli berkata dalam hati lalu menoleh kebelakang.
Perasaan Meli ternyata benar, dibelakangnya ada Doni, seorang yang menjalani hubungan pacaran dengan Meli selama 1 tahun ini, dia salah satu orang yang disayang Meli didalam dunia ini selain sahabatnya Sisca.
“Hai kak!,”Meli kembali membalas sapaanya.
“kamu apa kabar?
“baik, kakak gimana?
“Kakak baik juga, kamu mau kemana?
“Mau pulang,kalau kakak mau kemana?
Meskipun sudah satu tahun, namun hubungan mereka tidak seperti remaja lain yang sedang pacaran. Meli tetap saja masih canggung untuk memanggil Doni dengan sebutan “sayang”atau yang lainnya.
“sama sih!. Eh… tapi kita kan udah lama gak jalan, gimana kalau kakak antar
“ ya udah, boleh deh!”
Meli dan Doni akhirnya pergi dari sekolah,lalu Doni mengantarkan Meli pulang tetapi di jalan tiba- tiba saja ponsel Doni berdering.
“kak, ponsel kakak berdering, angkat saja mungkin penting”
Doni menghentikan motornya dan meminggir ke tepi jalan. Kemudian di keluarkan ponselnya dari saku celana.
“untuk apa ia menelponku,”kata Doni setengah berbisik.
“kenapa kak ?,”tanya Meli heran .
“tidak apa- apa, gak penting koq. Bisa di hubungi lagi nanti.
Ketika sampai di rumah, Meli melihat mama dan papanya menunggu diruang tamu, “tidak biasanya mereka pulang cepat, dan berbarengan,”gumam Meli. “Mereka juga tidak lagi ribut seperti biasanya,” Meli berpikir mungkin mereka telah sadar akan kesalahan mereka masing-masing.
“ya tuhan terima kasih jika Engkau benar-benar telah membukakan hati buat kedua orangtuaku. tapi mungkinkah??, ah tidak mungkin itu terjadi”, katanya.
“Mel… !,” tiba-tiba saja mama memanggilnya dengan suara sangat lesu.
“ada apa ma?,” Meli menjawab dengan penuh tanda Tanya.
“kemarilah nak, mama ingin memberitahu sesuatu padamu. Mungkin ini akan sulit bagimu tapi mungkin inilah yang terbaik,” Meli pun mendekati papa dan mamanya. Meli melihat sepertinya ada sesuatu yang terjadi, mudah-mudahan apa yang disampaikan mama nanti adalah kabar yang gembira.
“Mel mama dan papa hari ini telah resmi bercerai, mama harap kamu dapat mengerti.
“iya mel papa harap kamu memahami apa yang terjadi, kami akan selalu tetap menyayangi kamu, dan kamu berhak memilih ingin tinggal dengan siapa”.
“apa?? Papa dan mama bercerai? Kenapa ma, Pa? apa kalian tidak tahu bagaimana perasaan Meli?,”Meli benar-benar kecewa dengan keputusan kedua orang tuanya.
Setelah Meli melontarkan sedikit perasaannya yang dirasakannya selama ini , Meli pun berlari menuju kamarnya dengan berlinang air mata. Setelah dia puas menumpahkan segala kesedihannya dengan menangis, dia berniat menceritakan apa yang terjadi pada Sisca, sahabatnya. Meli menghubungi Sisca berulang kali, tapi nomornya sibuk. Akhirnya Meli menelpon kak Doni, orang yang juga sangat berarti baginya,
“oh.., mengapa kak Doni juga tidak dapat dihubungi , tuhan apakah mungkin segala penderitaan ini cukup aku simpan dalam hati dan tidak ada satu orang pun yang tau apa yang kurasakan. Karena aku tidak mau mereka juga ikut sedih. mungkin itu yang terbaik,”Meli berfikir dalam hatinya.
Akhirnya pagi pun datang kembali, Meli merasa sangat lelah tadi malam. Entah mengapa, padahal dia tidak melakukan aktifitas apa pun selain meratapi nasibnya. Dia juga belum memutuskan akan ikut siapa, papa atau mamanya. Tapi menurut Meli bahwa kedua pilihan itu sama saja, karena kedua orang tuanya sama-sama egois, kalau boleh memilih yang lain selain kedua itu dia akan memilih untuk menyendiri dan pergi mencari kehidupan lain yang bisa membuatnya merasa lebih tenang dari sekarang. Sepeti biasa Meli berangkat ke sekolah dan sesampainya di kelas, dia tidak melihat sosok Sisca di dalam kelas, entah mengapa pagi itu dia ingin sekali melihat wajah sahabatnya. Dia ingin sekali mengadu kepada sahabatnya tentang apa yang terjadi, tapi Meli juga tidak ingin Sisca ikut sedih. Paling tidak jika Meli melihat Sisca, kesedihannya sedikit berkurang karena dia merasa masih ada orang yang peduli dan menyayanginya. Setelah beberapa menit Meli menunggu, Sisca tak kunjung datang padahal tasnya sudah berada di dalam kelas. Meli akhirnya keluar mencari Sisca dan menanyakan keberadaan sahabatnya pada teman yang lain. Sampai akhirnya Meli melihat Sisca berdiri di pojok kantin dengan seorang laki-laki yang sepertinya dia kenal sosok itu. Meli mendekati mereka, mereka tidak menyadari kehadiran Meli. Semakin dekat dan semakin terlihat jelas siapa laki-laki yang bersama Sisca.
“Ya ampun… ternyata laki-laki itu kak Doni, ngapain Sisca dan kak Doni berduaan, dan sepertinya mereka berdua sangat mesra?”
Meli mendekati mereka dengan penuh penasaran semakin dekat, Meli semakin mendengar apa yang mereka bicarakan.
“Sis…kakak sayang banget sama kamu”.
“aku juga kak, tapi bagaimana dengan Meli ?, lebih baik kakak bilang ke dia tentang semu ini, dari pada dia berharap terus sama kakak.”
“iya, kakak juga sudah berniat untuk mutusi dia, tinggal tunggu waktu yang tepat aja”.
“oh iya, nanti malam kakak bisa keluar ? kita ketempat kemaren , tempat itu benar-benar indah banget suasananya”.
“ya udah, ntar malam kita kesana lagi.”
Hati Meli sangat kecewa mendengar pembicaraan mereka. Pantas tadi malam Meli tidak dapat menghubungi mereka berdua, ternyata mereka asyik pacaran. Meli tidak menyangka, orang yang selama ini dia percaya yang dianggap sebagai seorang sahabat rela menyakitinya seperti itu. Orang yang selama ini Meli sayang ternyata menduakannya dengan sahabatnya sendiri. Malah mereka berdua berniat menyingkirkan Meli.
“Ya tuhan berikan aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Jangan biarkan aku lupa akan dirimu dan semua cobaan yang Kau beri tuhan. Aku tidak tahu lagi harus mengadu kepada siapa hanya kepadamu tuhan, sahabat, bahkan kekasihku tega meninggalkanku, bahkan orang tuaku juga tidak perduli . Mungkin aku memang di takdirkan untuk hidup sendiri dengan segala kesepian yang menyelimuti hidupku,” Meli meratapi dirinya sendiri.
Panasnya hari ini membuat semuanya kering. Sekering hati Meli yang hampir saja patah, sekering pohon yang tumbuh di padang pasir. Meli berjalan menyusuri semua tempat keramaian, tapi dia merasa semua keramaian itu sepi seperti kuburan gersang yang tidak pernah di rawat. Dia berfikir mungkin dengan dia meniggalkan dunia ini, segala kesepian yang di rasakan akan berakhir, dan pastinya tidak ada seorang pun yang menangisi kepergiannya.
“iya aku harus pergi dari dunia ini, mungkin itu yang terbaik karena tidak ada lagi yang perduli denganku. Iya disitu! ,“Meli menunjuk sungai yang berada tepat di depannya. Sungai itu seolah menjadi jembatan yang dapat mengantarkannya mencapai garis finish kehidupan.
“Mungkin disungai itu aku dapat melakukannya, mengakhiri kesepianku yang tak ada artinya ini”
Lalu meli berjalan mendekati sungai yang cukup besar, dia menaiki pembatas sungai lalu ingin melompat. Tapi tiba-tiba ia tersadar, dan menyadari apa yang di lakukannya itu salah. Lalu Meli turun dari pembatas sungai dan berjalan sambil menangis. Dia pun hendak pulang kerumahnya, disaat ia ingin menyebrang jalan tiba-tiba truk lewat dengan kecepatan tinggi nyaris tak dapat di hentikan dan memang akhirnya truk itu menabrak tubuh Meli hingga dia tak mampu menguasai dirinya .
Dengan tubuh lemah tak berdaya, bagaikan boneka yang kehilangan kapas. Darah yang keluar seolah mata air yang mengalir jernih dari sumbernya.
“mama, papa, Sisca,kak Doni, mungkin inilah jalan takdir Meli maafkan Meli jika Meli pernah menyakiti kalian. Tapi Meli senang karena Meli di persilahkan untuk pergi dari dunia ini, kesepian ini, akhirnya Meli mencapai garis finish, garis akhir kehidupan yang selama ini Meli cari dengan penuh liku.Terima kasih karena kalian pernah membuat Meli tersenyum walau akhirnya semua itu hilang. Alllahu akbar,”Setelah Meli mengucapkan kata terakhirnya. Matanya tertutup dan pergi meninggalkan dunia ini dan segala kesepian yang dirasakannya selama ini.
Telpon berdering tiada henti, mbok Ina pun mengangkatnya .
“hallo, dengan kediaman bapak Hendarto,”kata mbok Ina.
“apakah di sana ada anggota keluarga yang bernama Meli ?
“ya, benar. Ada yang bisa saya bantu ?
“Meli sekarang berada di rumah sakit Cempaka, dia baru saja mengalami kecelakaan . Dan sekarang keadaannya kritis .
“Astaghfirullah, ya sudah terimakasih atas informasinya ya pak .
Mbok Ina cepat-cepat menutup telpon dan berlari menuju kamar orang tua Meli .
“Permisi pak, buk “
“ada apa mbok ? Meli sudah pulang ?
“belum, tapi ada kabar buruk tentang Meli ..,”kata mbok Ina dengan cemas.
“ada apa dengan Meli mbok, ?,”tanya mama Meli.
“anu….em… anu…
“ada apa mbok , cepat katakan,”bentak pak Hendarto.
“Meli kecelakaan dan sekarang dia kritis di rumah sakit cempaka .
“astaga Meli.
Orang tua Meli langsung menuju ke rumah sakit Cempaka . Di ruang UGD tampak gadis cantik yang berlumuran darah dan di penuhi luka .
“sus, apakah orang tua korban telah tiba ?,”tanya seorang suster.
“belum , sampai sekarang belum ada keluarganya yang datang .
“jika mereka sudah datang nanti, tolong sampaikan kalau Meli membutuhkan banyak darah. Dan sekarang saya akan mengecek persediaan darah.
“ya, baik.
Jalanan Jakarta memang sangat macet, sehingga orang tua Meli terjebak macet . Mama Meli berinisiatif untuk menelpon Sisca karena selama ini yang mereka tahu Sisca adalah sahabat Meli.
“hallo, siang tante. Ada apa ?,”tanya Sisca .
“Sisca belum tahu kalau Meli kecelakaan ?
“kecelakaan ?, Astaga ,”kata Sisca kaget . “ Saya gak tahu tante kalau Meli kecelakaan, jadi bagaimna keadaannya sekarang ?
“tante juga gak tahu gimana keadaannya , sekarang tante sama om lagi menuju ke rumah sakit Cempaka.
“oh, ya sudah kalau begitu saya akn kesana sekarang . Makasih ya tan.
Sisca benar-benar shock. Ia tidak menyangka sahabatnya akan mengalami hal ini . Sisca lalu menelpon kak Doni dan mengajaknya untuk menjenguk Meli .
Sesampainya Sisca dan Doni di rumah sakit. Mereka meliht kedua orang tua Meli menangisi satu tubuh yang tertutupi kain putih bersih . Mereka langsung menuju ke ruangan itu .
“tante, ini siapa ?,”tanya Sisca dengan rasa takut.
“Sisca …,”kata tante sambil memeluknya dalam keadaan menangis.
“tan, ini bukan Meli kan ?,”tanya Sisca dengan wajh pucat .
Orang tua Meli tak berkata apapun. Hanya menangis dan terus menangis . Dengan rasa penasaran Doni membuka kain putih yang menutupi tubuh itu .
“Innalillahi wainna ilaihi raji’un..,”kata Doni sambil memejamkan mata menahan air matanya membasahi tubuh pucat itu.
“ Don…., ini bukan Meli kan ?,”tanya Sisca sambil meneteskan air matanya .
Doni hanya menganggung sambil menahan kesedihannya .
Setelah di mandikan dan di kafani, jenazah Meli langsung di bawa ke rumah duka untuk di sholatkan . Semua teman sekolah Meli datang untuk melayat . Pada saat semua teman berkumpul untuk mendoakan Meli Sisca dan Doni tidak ada. Mereka malah berada di taman dan agaknya mereka sedang membicarakan suatu hal .
Yup….mereka membicarakan orang yang sedang di doakan oleh teman – teman mereka , orang yang meninggal karena di tabrak truk, dan orang yang telah mereka sakiti hatinya dengan suatu penghianatan.
“kak, aku merasa bersalah dengan Meli . Sampai akhir hidupnya, aku sama sekali belum membuatnya bahagia malah aku berniat untuk mengambil kamu dari dia .
“aku juga merasa bersalah terhadapnya , aku menyesal dengan apa yang aku lakukan . Kita membohonginya, kita menyakitinya . Dan jika ia tahu, itu pasti sangat membuatnya sedih.
“Sisca, ada yang mau mbok kasi tunjuk ke kalian berdua,”tiba-tiba mbok Ina datang dan mengajak mereka masuk .
“apa itu mbok ?,” tanya Sisca.
“barangnya ada di kamarnya, ayo ikut mbok.
Sisca semakin merasa bersalah saat masuk ke kamar Meli, dia melihat fotonya dengan Meli terpajang rapi . Mbok Ina menunjuk satu buku yang cantik di atas buffet .
“ini kan buku diary Meli ,”kata Sisca.
“iya, itu memang buku diary Meli. Ada yang ingin mbok kasi tahu ke kalian berdua . tapi lebih baik kalian baca sendiri, mbok keluar dulu.
Mbok Ina pun meninggalkan mereka berdua di kamar Meli .
“kamu yang bacanya ya …,”kata Doni.
Sisca mulai membaca, lembar pertama msih foto-fotonya bersama orang tuanya . Lembar ke dua fotonya bersama Sisca dan lembar yang ketiga foto Doni . Air mata Sisca tak tertahan saat ia membaca curahan hati Meli . Sisca semakin merasa bersalah tangisnya tak tertahan sehingga dia menjatuhan buku diary Meli dan menjauhinya .
“Sisca, kamu kenapa ?,”tanay Doni hern .
“kamu baca sendiri..,”kata Sisca dalam isakan tangisnya .
06 Mei 2011
Diary,…
Aku seneng banget hari ini, kamu tahu kenapa ?
Karena hari ini, aku menemukan dua kebahagiaan . Di saat aku bosan dengan keributan orang tuaku . Aku menyadari kalau aku masih mempunyai orang-orang yang menyayangiku .
Sisca, dia adalah sahabatku . Aku sangat menyayanginya, dia selalu membantuku dan dia selalu ada di saat apapun . Andaikan saja aku tak bertemu dengan Sisca, mungkin aku benar-benar orang yang sepi. Tak memiliki siapapun, tapi tidak…. Sisca datang, dan dia menjadi orang yang selalu membuatku bahagia .
Aku sangat menyayanginya.
Terimakasih ya Sis, karena kamu mau menjadi sahabatku . Terimakasih karena kamu selalu baik kepadaku .J
Kak Doni, kamu tahu dia adalah pangeranku. Dia sangat baik dan dia tidak pernah menyakitiku. Aku benar-benar bersyukur memiliki mereka berdua. Orang-orang yang menyayangiku. Terimakasih, ya kak.Karena kakak mau jadi bagian dari hidupku . aku sangat menyayangimu, kak.
Doni lemas saat membaca diary itu . Begitu juga dengan Sisca, dia semakin merasa bersalah karena dia telah menghianati Meli . Padahal Meli sangat mempercayai dan menganggapnya sebagai sahabatnya .
10 menit lagi jenazah Meli akan di kebumikan. Semua orang berkumpul untuk mengantarkannya . Orang tua Meli sangat terpukul dengan semua ini, sebelum jenazahnya di masukkan ke ambulance mamanya berbicara sebentar kepada Meli.
“Mel, mama minta maaf kepada kamu. Mama tahu kamu kecewa dengan mama, selama ini mama tidak pernah memperhatikan kamu . Sekarang kamu akan menyusul kakak kamu, Mita. Mama benar-benar menyesal selama ini tidak memperhatikan kamu, Mel,”kata mamanya sambil memeluk keranda yang berisi jenazah Meli .
“ma, sudah . Jangan menangisi Meli. Dia akan sedih jika kita terus menangisinya .
Biarkan dia pergi dengan tenang,”kata papa Meli .
Isak tangis teman-teman Meli mengiringi perjalanan pemakaman Meli . Doni dan Sisca turut dalam pemakaman Meli dan masih merasa sangat bersalah . Saat Meli akan di makamkan, Sisca tiba-tiba saja tak sadarkan diri.