pengunjung online

Rabu, 21 Maret 2012


Dia

Dia adalah Seseorang yang sangat aku sayangi dan aku cintai, seseorang yang selalu memendam permasalahan sendiri, selalu tampak tegar ditengah kerapuhannya. Selalu tersenyum ditengah kemarahannya, hal itu yang membuat aku sayang padanya, tetapi dia juga yang membuat aku terhanyut dalam kesedihan ini.
Dia bernama Andri, aku bertemu dengannya di sebuah acara kemahasiswaan, dia anak yang baik dan humoris, makanya gak heran dalam waktu singkat kami bisa berteman akrab, teman-temanku mengira kami pacaran dan mereka sangat mendukung. Aku hanya tersenyum geli melihat teman-teman ku menjahili dia, terfikir olehku apa benar yang mereka katakan. Tapi aku menepisnya, aku gak mau memikirkan hal itu, karena aku pernah bertekad untuk tidak pacaran sampai aku selesai kuliah dan aku berusaha menjaga itu.
Waktu terus berlalu, aku juga tak mengerti kapan rasa itu datang dan hinggap di hati ini, berawal saat kami bermain ke rumah Hilman, saat itu hilman mengajak ku keluar untuk membeli makanan, kami bercerita banyak hal sampai hilman menyinggung tentang Andri dan pacarnya, aku terperanjat sejenak, tapi cepat-cepat kusembunyikan rasa itu, aku kembali bercerita seolah-olah aku tau kalau dia sudah memiliki pacar, baru aku tersadar hatiku sakit mandengarkan cerita dari hilman.
Sepulang dari rumah hilman, aku lebih banyak diam begitu juga dengannya, dia marah karena aku terlalu lama pergi bersama hilman, tapi bukan itu yang ku pikirkan, aku memikirkan diriku, ada apa denganku, aku hanya temannya, mengapa aku cemburu dan sakit hati kalau dia memiliki pacar, mengapa tidak terpikirkan olehku kalau orang semanis dia pasti ada yang memiliki, dasar bego!. Aku tersenyum sendiri dikamar, mencoba untuk ceria, menganggap hal ini biasa dan pasti bisa ku atasi, aku bertekad pada diriku untuk menjadi teman yang baik, selalu ada disisinya saat suka dan duka. Semangat teriakku pagi itu.
Namun perasaan itu muncul kembali saat kami pergi makan di suatu café, disana dia mencurahkan semua isi hati yang selama ini di pendamnya, aku terkejut melihatnya menangis layaknya seorang anak kecil di hadapanku, belum pernah aku melihat dia seperti itu, tarnyata dibalik keceriaannya selama ini tersimpan luka yang sangat dalam, aku terharu ketika dia mengatakan percaya padaku, aku sangat sayang padanya tapi aku tak mungkin memilikinya.
Setelah kejadian itu dia lebih terbuka padaku tentang pacarnya yang selama ini dia tutupi, aku semakin mengerti bagaimana dirinya, makin memahami apa yang diinginkannya, harapku suatu hari dia memiliki seseorang yang benar-benar mengerti dirinya dan sayang padanya, walau hati ini hancur setiap kali mendengarkan dia bercerita tentang pacarnya. Akan tetapi yang tak ku mengerti, kerap kali dia mengatakan satu hal yang membangkitkan kembali perasaan ku, bahwa dia tak ingin melepaskanku karena aku telah menjadi sebagain dari dirinya, aku bingung, tapi aku juga gak punya nyali untuk bertanya kepadanya bagaimana perasaan dia terhadapku.
Sampai pada puncaknya aku tak kuat membendung perasaanku sendiri, aku mengatakan padanya kalau aku sayang padanya dan aku tau perasaan ini gak boleh terbina, aku hanya sekedar mengeluarkan uneg-uneg yang ada dalam hatiku, terserah dia menganggap apa yang penting hatiku lega, aku tidak akan membahas masalah ini lagi, karena aku berjanji akan selalu menjadi teman dan sahabat yang baik buatnya
Namun rasa sayang dan cinta sudah bersemi dalam hatiku, tak mudah untuk menepisnya, walau aku sudah berusaha, ternyata benar kata pepatah cinta itu datang tiba-tiba walau kita tidak menginginkannya, tapi setelah kita tau mengapa terasa sakit jadinya. Entah mengapa, setelah kejadian itu dia makin perhatian padaku, aku gak pernah tau apa maksudnya karena dia tak pernah mengatakannya padaku, yang aku tau dia memberikan perhatian lebih dari biasanya, seakan-akan menjawab semua pertanyaan tanpa harus diungkapkan, aku gak peduli aku hanya ingin menjalani apa yang aku jalani sekarang, tidak mau berfikir yang muluk-muluk tentang masa depan, apa yang terjadi antara aku dan dia biarlah berjalan seperti sekarang ini, tanpa kata-kata tapi saling mengerti dan memahami maksud satu dengan yang lain, walau entah sampai kapan hal ini akan berlanjut, akupun tak tau. Tapi biarlah kisah ini berjalan seiring dengan waktu yang kami pun tak pernah tau akhir dari semua ini, tapi aku tetap berharap semoga…….
(kira-kira endingnya gimana Ya….kasih commentnya ok…)
By: yeni

Rabu, 07 Maret 2012

Finis Kesepian Ku


Finish Kesepain Ku

Cerpen Kesepian, cerpen kesepian, cerpen sepi, Cerpen tentang Kesepian
Meli terpaku melihat keindahan pagi, dia merasakan nikmat yang begitu indah yang diberikan oleh yang maha kuasa.
Bruk…….!

Dia tersentak, tiba-tiba saja terdengar suara ricuh dari dalam rumah.
“Oh..tuhan apa lagi yang terjadi ? ? kapankah penderitaan ini akan berakhir ?”.
Meli menghela napas panjang, sampai akhirnya dia menguatkan diri untuk masuk kedalam rumah untuk melihat apa yang terjadi.

“Akh… betul fikirku , pasti mama dan papa bertengkar kembali. Mengapa mereka selalu seperti ini ? Apakah mereka tak pernah memikirkan perasaanku ? Oh tuhan apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus lari dari semua kenyataan ini ? atau aku hanya berdiam diri melihat semua yang terjadi atau haruskah aku berontak pada mereka dan mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan. Tapi aku rasa semua itu tidak ada gunanya, sebab mereka tidak akan menghiraukanku. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri,”fikirMeli dalam hati saat melihat kedua orang tuanya bertengkar di meja makan.

“Stooooop!,”suara Meli bak halilintar,dia benar-benar tidak bisa menahan perasaannya lagi sehingga kata-kata itu keluar dari bibirnya.
Seketika itu semua terdiam,lalu melihat ke arah Meli. Meli berlari menuju kamar, dengan air mata yang mengalir di wajahnya. Meli tak sadar mengapa tiba-tiba saja dia menjerit kesetanan seperti itu.

Setelah beberapa jam berdiam diri di kamar sambil meratapi semua yang terjadi, Meli pun keluar dan mencari dimanakah kedua orang egois itu …
“o…. syukurlah ternyata mereka telah pergi dan pasti tidak akan ada lagi kericuhan sampai mereka datang,”pikirnya.

Meli duduk di teras rumah menatap keramaian, terpikir dalam benaknya mengapa dia tak bisa merasakan apa yang mereka rasa, mengapa dia selalu merasa sepi, padahal dia selalu berada di dalam keramaian, tuhan kapan kah semua ini akan berakhir,”pikirnya dalam lamunan.

Kring…kring…!
Suara alarm itu hampir memekakkan telinga Meli karena tepat berada di samping telinga kanannya. Pagi ini, Meli ke sekolah seperti biasa setelah beberapa hari libur.

Meli bangkit dari tempat tidurnya, lalu bergegas. Setelah dia selesai mandi dan berpakaian rapi dia keluar dari kamar. Meli tidak melihat seorang pun yang menyambut dia pagi ini dan tak ada tanda-tanda untuk mengantarnya ke sekolah. Meli hanya melihat mbok Ina yang memang bertugas untuk membenahi rumah, hanya dia yang menyambutnya di depan meja makan dan menyediakan sarapan buat Meli.
“Kemana mama dan papa mbok?,” Meli bertanya pada mbok Ina.

“ibu dan tuan tidak pulang tadi malam non,”mbok menjawab dengan kecewa.
“Em………aku sudah menduga kalau mereka tidak pulang, karena tidak ada suara kericuhan pada pagi ini,baguslah setidaknya aku bisa pergi sekolah dengan tenang,”.Meli bergumam di dalam hati.

Setelah menyantap sarapan, Meli bergegas pergi ke sekolah dengan taksi. Jarak rumah Meli dan sekolah tidak terlalu jauh. Jadi, dalam waktu 15 menit Meli telah sampai di sekolahnya. Dia melihat teman-temannya di antar oleh orang tua mereka . Terbesit rasa iri di hati Meli, dia merindukan kasih sayang orang tuanya . Sejak kakaknya meninggal orang tua Meli tidak pernah akur , bahkan mereka sering tidak berada di rumah dan Meli tidak pernah tahu mereka berada dimana . Saat Meli melamun di depan pintu kelas tiba- tiba ada seserang yang mengejutkannya .

“ hei Mel, apa kabar?,”tiba-tiba saja terdengar suara dari belakang Meli.
“oh kamu Sis, kirain siapa!. Aku baik , kamu gimana kabarnya?.
“so pasti baik dong,”Sisca menjawab dengan centilnya.
“oh iya tadi aku ketemu sama kak Doni, dia kirim salam tuh sama kamu.
“kalo kamu ketemu sama dia lagi, bilang kirim salam kembali.”
“Oke bos, beres!”.
Pembicaraan mereka pun terhenti, karena miss Rani sudah berada didepan pintu kelas.
Sepulang sekolah……
“Mel..!!!!”
“ sepertinya aku mengenal suara itu,” Meli berkata dalam hati lalu menoleh kebelakang.

Perasaan Meli ternyata benar, dibelakangnya ada Doni, seorang yang menjalani hubungan pacaran dengan Meli selama 1 tahun ini, dia salah satu orang yang disayang Meli didalam dunia ini selain sahabatnya Sisca.
“Hai kak!,”Meli kembali membalas sapaanya.
“kamu apa kabar?
“baik, kakak gimana?
“Kakak baik juga, kamu mau kemana?
“Mau pulang,kalau kakak mau kemana?

Meskipun sudah satu tahun, namun hubungan mereka tidak seperti remaja lain yang sedang pacaran. Meli tetap saja masih canggung untuk memanggil Doni dengan sebutan “sayang”atau yang lainnya.
“sama sih!. Eh… tapi kita kan udah lama gak jalan, gimana kalau kakak antar
“ ya udah, boleh deh!”

Meli dan Doni akhirnya pergi dari sekolah,lalu Doni mengantarkan Meli pulang tetapi di jalan tiba- tiba saja ponsel Doni berdering.
“kak, ponsel kakak berdering, angkat saja mungkin penting”
Doni menghentikan motornya dan meminggir ke tepi jalan. Kemudian di keluarkan ponselnya dari saku celana.
“untuk apa ia menelponku,”kata Doni setengah berbisik.
“kenapa kak ?,”tanya Meli heran .

“tidak apa- apa, gak penting koq. Bisa di hubungi lagi nanti.
Ketika sampai di rumah, Meli melihat mama dan papanya menunggu diruang tamu, “tidak biasanya mereka pulang cepat, dan berbarengan,”gumam Meli. “Mereka juga tidak lagi ribut seperti biasanya,” Meli berpikir mungkin mereka telah sadar akan kesalahan mereka masing-masing.

“ya tuhan terima kasih jika Engkau benar-benar telah membukakan hati buat kedua orangtuaku. tapi mungkinkah??, ah tidak mungkin itu terjadi”, katanya.
“Mel… !,” tiba-tiba saja mama memanggilnya dengan suara sangat lesu.
“ada apa ma?,” Meli menjawab dengan penuh tanda Tanya.

“kemarilah nak, mama ingin memberitahu sesuatu padamu. Mungkin ini akan sulit bagimu tapi mungkin inilah yang terbaik,” Meli pun mendekati papa dan mamanya. Meli melihat sepertinya ada sesuatu yang terjadi, mudah-mudahan apa yang disampaikan mama nanti adalah kabar yang gembira.

“Mel mama dan papa hari ini telah resmi bercerai, mama harap kamu dapat mengerti.
“iya mel papa harap kamu memahami apa yang terjadi, kami akan selalu tetap menyayangi kamu, dan kamu berhak memilih ingin tinggal dengan siapa”.
“apa?? Papa dan mama bercerai? Kenapa ma, Pa? apa kalian tidak tahu bagaimana perasaan Meli?,”Meli benar-benar kecewa dengan keputusan kedua orang tuanya.

Setelah Meli melontarkan sedikit perasaannya yang dirasakannya selama ini , Meli pun berlari menuju kamarnya dengan berlinang air mata. Setelah dia puas menumpahkan segala kesedihannya dengan menangis, dia berniat menceritakan apa yang terjadi pada Sisca, sahabatnya. Meli menghubungi Sisca berulang kali, tapi nomornya sibuk. Akhirnya Meli menelpon kak Doni, orang yang juga sangat berarti baginya,
“oh.., mengapa kak Doni juga tidak dapat dihubungi , tuhan apakah mungkin segala penderitaan ini cukup aku simpan dalam hati dan tidak ada satu orang pun yang tau apa yang kurasakan. Karena aku tidak mau mereka juga ikut sedih. mungkin itu yang terbaik,”Meli berfikir dalam hatinya.

Akhirnya pagi pun datang kembali, Meli merasa sangat lelah tadi malam. Entah mengapa, padahal dia tidak melakukan aktifitas apa pun selain meratapi nasibnya. Dia juga belum memutuskan akan ikut siapa, papa atau mamanya. Tapi menurut Meli bahwa kedua pilihan itu sama saja, karena kedua orang tuanya sama-sama egois, kalau boleh memilih yang lain selain kedua itu dia akan memilih untuk menyendiri dan pergi mencari kehidupan lain yang bisa membuatnya merasa lebih tenang dari sekarang. Sepeti biasa Meli berangkat ke sekolah dan sesampainya di kelas, dia tidak melihat sosok Sisca di dalam kelas, entah mengapa pagi itu dia ingin sekali melihat wajah sahabatnya. Dia ingin sekali mengadu kepada sahabatnya tentang apa yang terjadi, tapi Meli juga tidak ingin Sisca ikut sedih. Paling tidak jika Meli melihat Sisca, kesedihannya sedikit berkurang karena dia merasa masih ada orang yang peduli dan menyayanginya. Setelah beberapa menit Meli menunggu, Sisca tak kunjung datang padahal tasnya sudah berada di dalam kelas. Meli akhirnya keluar mencari Sisca dan menanyakan keberadaan sahabatnya pada teman yang lain. Sampai akhirnya Meli melihat Sisca berdiri di pojok kantin dengan seorang laki-laki yang sepertinya dia kenal sosok itu. Meli mendekati mereka, mereka tidak menyadari kehadiran Meli. Semakin dekat dan semakin terlihat jelas siapa laki-laki yang bersama Sisca.

“Ya ampun… ternyata laki-laki itu kak Doni, ngapain Sisca dan kak Doni berduaan, dan sepertinya mereka berdua sangat mesra?”
Meli mendekati mereka dengan penuh penasaran semakin dekat, Meli semakin mendengar apa yang mereka bicarakan.

“Sis…kakak sayang banget sama kamu”.
“aku juga kak, tapi bagaimana dengan Meli ?, lebih baik kakak bilang ke dia tentang semu ini, dari pada dia berharap terus sama kakak.”
“iya, kakak juga sudah berniat untuk mutusi dia, tinggal tunggu waktu yang tepat aja”.

“oh iya, nanti malam kakak bisa keluar ? kita ketempat kemaren , tempat itu benar-benar indah banget suasananya”.
“ya udah, ntar malam kita kesana lagi.”

Hati Meli sangat kecewa mendengar pembicaraan mereka. Pantas tadi malam Meli tidak dapat menghubungi mereka berdua, ternyata mereka asyik pacaran. Meli tidak menyangka, orang yang selama ini dia percaya yang dianggap sebagai seorang sahabat rela menyakitinya seperti itu. Orang yang selama ini Meli sayang ternyata menduakannya dengan sahabatnya sendiri. Malah mereka berdua berniat menyingkirkan Meli.

“Ya tuhan berikan aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Jangan biarkan aku lupa akan dirimu dan semua cobaan yang Kau beri tuhan. Aku tidak tahu lagi harus mengadu kepada siapa hanya kepadamu tuhan, sahabat, bahkan kekasihku tega meninggalkanku, bahkan orang tuaku juga tidak perduli . Mungkin aku memang di takdirkan untuk hidup sendiri dengan segala kesepian yang menyelimuti hidupku,” Meli meratapi dirinya sendiri.

Panasnya hari ini membuat semuanya kering. Sekering hati Meli yang hampir saja patah, sekering pohon yang tumbuh di padang pasir. Meli berjalan menyusuri semua tempat keramaian, tapi dia merasa semua keramaian itu sepi seperti kuburan gersang yang tidak pernah di rawat. Dia berfikir mungkin dengan dia meniggalkan dunia ini, segala kesepian yang di rasakan akan berakhir, dan pastinya tidak ada seorang pun yang menangisi kepergiannya.

“iya aku harus pergi dari dunia ini, mungkin itu yang terbaik karena tidak ada lagi yang perduli denganku. Iya disitu! ,“Meli menunjuk sungai yang berada tepat di depannya. Sungai itu seolah menjadi jembatan yang dapat mengantarkannya mencapai garis finish kehidupan.
“Mungkin disungai itu aku dapat melakukannya, mengakhiri kesepianku yang tak ada artinya ini”

Lalu meli berjalan mendekati sungai yang cukup besar, dia menaiki pembatas sungai lalu ingin melompat. Tapi tiba-tiba ia tersadar, dan menyadari apa yang di lakukannya itu salah. Lalu Meli turun dari pembatas sungai dan berjalan sambil menangis. Dia pun hendak pulang kerumahnya, disaat ia ingin menyebrang jalan tiba-tiba truk lewat dengan kecepatan tinggi nyaris tak dapat di hentikan dan memang akhirnya truk itu menabrak tubuh Meli hingga dia tak mampu menguasai dirinya .

Dengan tubuh lemah tak berdaya, bagaikan boneka yang kehilangan kapas. Darah yang keluar seolah mata air yang mengalir jernih dari sumbernya.

“mama, papa, Sisca,kak Doni, mungkin inilah jalan takdir Meli maafkan Meli jika Meli pernah menyakiti kalian. Tapi Meli senang karena Meli di persilahkan untuk pergi dari dunia ini, kesepian ini, akhirnya Meli mencapai garis finish, garis akhir kehidupan yang selama ini Meli cari dengan penuh liku.Terima kasih karena kalian pernah membuat Meli tersenyum walau akhirnya semua itu hilang. Alllahu akbar,”Setelah Meli mengucapkan kata terakhirnya. Matanya tertutup dan pergi meninggalkan dunia ini dan segala kesepian yang dirasakannya selama ini.
Telpon berdering tiada henti, mbok Ina pun mengangkatnya .

“hallo, dengan kediaman bapak Hendarto,”kata mbok Ina.
“apakah di sana ada anggota keluarga yang bernama Meli ?
“ya, benar. Ada yang bisa saya bantu ?
“Meli sekarang berada di rumah sakit Cempaka, dia baru saja mengalami kecelakaan . Dan sekarang keadaannya kritis .
“Astaghfirullah, ya sudah terimakasih atas informasinya ya pak .
Mbok Ina cepat-cepat menutup telpon dan berlari menuju kamar orang tua Meli .
“Permisi pak, buk “
“ada apa mbok ? Meli sudah pulang ?
“belum, tapi ada kabar buruk tentang Meli ..,”kata mbok Ina dengan cemas.
“ada apa dengan Meli mbok, ?,”tanya mama Meli.
“anu….em… anu…
“ada apa mbok , cepat katakan,”bentak pak Hendarto.
“Meli kecelakaan dan sekarang dia kritis di rumah sakit cempaka .
“astaga Meli.

Orang tua Meli langsung menuju ke rumah sakit Cempaka . Di ruang UGD tampak gadis cantik yang berlumuran darah dan di penuhi luka .

“sus, apakah orang tua korban telah tiba ?,”tanya seorang suster.
“belum , sampai sekarang belum ada keluarganya yang datang .
“jika mereka sudah datang nanti, tolong sampaikan kalau Meli membutuhkan banyak darah. Dan sekarang saya akan mengecek persediaan darah.
“ya, baik.

Jalanan Jakarta memang sangat macet, sehingga orang tua Meli terjebak macet . Mama Meli berinisiatif untuk menelpon Sisca karena selama ini yang mereka tahu Sisca adalah sahabat Meli.

“hallo, siang tante. Ada apa ?,”tanya Sisca .
“Sisca belum tahu kalau Meli kecelakaan ?
“kecelakaan ?, Astaga ,”kata Sisca kaget . “ Saya gak tahu tante kalau Meli kecelakaan, jadi bagaimna keadaannya sekarang ?
“tante juga gak tahu gimana keadaannya , sekarang tante sama om lagi menuju ke rumah sakit Cempaka.

“oh, ya sudah kalau begitu saya akn kesana sekarang . Makasih ya tan.
Sisca benar-benar shock. Ia tidak menyangka sahabatnya akan mengalami hal ini . Sisca lalu menelpon kak Doni dan mengajaknya untuk menjenguk Meli .

Sesampainya Sisca dan Doni di rumah sakit. Mereka meliht kedua orang tua Meli menangisi satu tubuh yang tertutupi kain putih bersih . Mereka langsung menuju ke ruangan itu .

“tante, ini siapa ?,”tanya Sisca dengan rasa takut.
“Sisca …,”kata tante sambil memeluknya dalam keadaan menangis.
“tan, ini bukan Meli kan ?,”tanya Sisca dengan wajh pucat .
Orang tua Meli tak berkata apapun. Hanya menangis dan terus menangis . Dengan rasa penasaran Doni membuka kain putih yang menutupi tubuh itu .
“Innalillahi wainna ilaihi raji’un..,”kata Doni sambil memejamkan mata menahan air matanya membasahi tubuh pucat itu.

“ Don…., ini bukan Meli kan ?,”tanya Sisca sambil meneteskan air matanya .
Doni hanya menganggung sambil menahan kesedihannya .
Setelah di mandikan dan di kafani, jenazah Meli langsung di bawa ke rumah duka untuk di sholatkan . Semua teman sekolah Meli datang untuk melayat . Pada saat semua teman berkumpul untuk mendoakan Meli Sisca dan Doni tidak ada. Mereka malah berada di taman dan agaknya mereka sedang membicarakan suatu hal .
Yup….mereka membicarakan orang yang sedang di doakan oleh teman – teman mereka , orang yang meninggal karena di tabrak truk, dan orang yang telah mereka sakiti hatinya dengan suatu penghianatan.

“kak, aku merasa bersalah dengan Meli . Sampai akhir hidupnya, aku sama sekali belum membuatnya bahagia malah aku berniat untuk mengambil kamu dari dia .
“aku juga merasa bersalah terhadapnya , aku menyesal dengan apa yang aku lakukan . Kita membohonginya, kita menyakitinya . Dan jika ia tahu, itu pasti sangat membuatnya sedih.
“Sisca, ada yang mau mbok kasi tunjuk ke kalian berdua,”tiba-tiba mbok Ina datang dan mengajak mereka masuk .
“apa itu mbok ?,” tanya Sisca.
“barangnya ada di kamarnya, ayo ikut mbok.

Sisca semakin merasa bersalah saat masuk ke kamar Meli, dia melihat fotonya dengan Meli terpajang rapi . Mbok Ina menunjuk satu buku yang cantik di atas buffet .
“ini kan buku diary Meli ,”kata Sisca.
“iya, itu memang buku diary Meli. Ada yang ingin mbok kasi tahu ke kalian berdua . tapi lebih baik kalian baca sendiri, mbok keluar dulu.
Mbok Ina pun meninggalkan mereka berdua di kamar Meli .
“kamu yang bacanya ya …,”kata Doni.

Sisca mulai membaca, lembar pertama msih foto-fotonya bersama orang tuanya . Lembar ke dua fotonya bersama Sisca dan lembar yang ketiga foto Doni . Air mata Sisca tak tertahan saat ia membaca curahan hati Meli . Sisca semakin merasa bersalah tangisnya tak tertahan sehingga dia menjatuhan buku diary Meli dan menjauhinya .
“Sisca, kamu kenapa ?,”tanay Doni hern .
“kamu baca sendiri..,”kata Sisca dalam isakan tangisnya .

06 Mei 2011
Diary,…
Aku seneng banget hari ini, kamu tahu kenapa ?
Karena hari ini, aku menemukan dua kebahagiaan . Di saat aku bosan dengan keributan orang tuaku . Aku menyadari kalau aku masih mempunyai orang-orang yang menyayangiku .
Sisca, dia adalah sahabatku . Aku sangat menyayanginya, dia selalu membantuku dan dia selalu ada di saat apapun . Andaikan saja aku tak bertemu dengan Sisca, mungkin aku benar-benar orang yang sepi. Tak memiliki siapapun, tapi tidak…. Sisca datang, dan dia menjadi orang yang selalu membuatku bahagia .
Aku sangat menyayanginya.

Terimakasih ya Sis, karena kamu mau menjadi sahabatku . Terimakasih karena kamu selalu baik kepadaku .J

Kak Doni, kamu tahu dia adalah pangeranku. Dia sangat baik dan dia tidak pernah menyakitiku. Aku benar-benar bersyukur memiliki mereka berdua. Orang-orang yang menyayangiku. Terimakasih, ya kak.Karena kakak mau jadi bagian dari hidupku . aku sangat menyayangimu, kak.

Doni lemas saat membaca diary itu . Begitu juga dengan Sisca, dia semakin merasa bersalah karena dia telah menghianati Meli . Padahal Meli sangat mempercayai dan menganggapnya sebagai sahabatnya .

10 menit lagi jenazah Meli akan di kebumikan. Semua orang berkumpul untuk mengantarkannya . Orang tua Meli sangat terpukul dengan semua ini, sebelum jenazahnya di masukkan ke ambulance mamanya berbicara sebentar kepada Meli.

“Mel, mama minta maaf kepada kamu. Mama tahu kamu kecewa dengan mama, selama ini mama tidak pernah memperhatikan kamu . Sekarang kamu akan menyusul kakak kamu, Mita. Mama benar-benar menyesal selama ini tidak memperhatikan kamu, Mel,”kata mamanya sambil memeluk keranda yang berisi jenazah Meli .
“ma, sudah . Jangan menangisi Meli. Dia akan sedih jika kita terus menangisinya .

Biarkan dia pergi dengan tenang,”kata papa Meli .
Isak tangis teman-teman Meli mengiringi perjalanan pemakaman Meli . Doni dan Sisca turut dalam pemakaman Meli dan masih merasa sangat bersalah . Saat Meli akan di makamkan, Sisca tiba-tiba saja tak sadarkan diri.

Tanpa Kekasih


Tanpa Kekasih
Cerpen Sedih

Cerpen Sedih, Cerpen Sedih, Cerpen yang sangat Sedih, terbaik versi remaja Indonesia 2010Setalah genap sebulan aku jadian dengan Bayu, aku semakin yakin kalau aku nggak salah pilih dan benar-benar sudah menemukan belahan jiwaku, cinta sejatiku, cahaya hidupku, Bayu adalah segalanya bagiku. Aku mencinta dia dan akan selalu menyayangi dia untuk selamanya. Saat ini aku merasa puas karena penantian, dan usahaku selama ini berbuah kebahagiaan.

Telah sekian lama aku merasa menanti Bayu menjadi milikku seutuhnya. Akhirnya, cerita cintaku saat ini sudah happy ending, tingal sekarang aku dan Bayu yang menjalaninya. Dulu kami sering sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut nggak menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok, kami saling menjatuhkan dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata orang-orang, kalau kamu membenci seseorang janganlah kamu sampai terlalu, dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku dan Bayu, justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi yang jelas, aku juga nggak mau kehilangan Bayu, aku takut juga kalau aku terlalu mencintai dan menyayangi dia, bisa jadi aku dan dia akan terpisahkan.


“Hei Ela, kamu lagi ngapain? aku kangen deh sama kamu..”
“Halo Bayu, kan baru kemarin kita ketemu, kamu gimana sih?”
“Ela, kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya sayang.”

“Kamu ngomong apa sih Bayu? Kamu ngigau ya?”
“Nggak, maksud aku yah kamu jangan macam-macam di sana, kan di kampus kamu banyak banget tuh cowok-cowok keren, ntar ada yang godain kamu lagi, trus kamu lupain aku.”
“Ha-ha.....ha-ha.... ya nggak dong sayang, aku nggak akan tergoda sama cowok-cowok di kampus ini, nggak ada yang kayak kamu di sini, dan yang aku mau tuh cuma kamu seorang.”

“Hei, kamu udah pintar ngegombal yah, siapa yang ajarin, ayo ngaku?”
“Bayu, kamu apaan sih?! Udah deh, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk berteman dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget selama ini sama Tuhan karena aku udah bisa memiliki kamu.”
“Iya Ela, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan selama ini.”

Satu hal inilah yang selalu ditakutkan Bayu, dia selalu bilang aku akan tergoda oleh cowok-cowok di kampus, sementara aku nggak begitu? Justru akulah yang paling takut Bayu yang akan berpaling dariku, dia akan pergi meninggalkanku selamanya, dan cintanya hilang untukku. Bayu sekarang kerja di salah satu perusahaan asing terkemuka di kota ini, sebagai cowok kalau kita melihatnya dengan kesan pertama, dia adalah cowok yang diimpi-impikan semua cewek, karena Bayu punya segalanya, dengan modal wajah yang tampan, prilaku yang baik, kerja yang mapan, akupun takut dia akan pergi dariku, kalau seandainya ada cewek yang lebih menarik dariku, lebih sederajat dengan dia.

Bayu menggenggam tanganku erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang tanganku. Aku merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah toko buku, Bayu bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu sudah pernah dibacanya dan sekrang dia ingin aku juga membaca buku itu. Setelah Bayu membayar buku tersebut, Bayu langsung menyerahkannya padaku. Aku kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi tentang kekuatan cinta yang tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan bagaimana sakitnya hati seorang kekasih saat menghadapi peristiwa kematian itu.

“Bayu, kenapa kamu kasih aku buku kayak gini?”
“Ela, aku pengen banget kamu baca buku ini, karena kalau kamu baca buku ini, kamu bakal lebih mengerti lagi apa itu cinta sejati, kamu akan merasakan betapa sangat berartinya orang yang mencintai kamu, pokoknya ceritanya bagus deh, kamu pasti nggak bakalan nyesal kalau baca buku ini, dan setelah membacanya, aku juga yakin kamu akan semakin sayang sama aku, he-he... he-he ...”
“Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.”

“Eh, benaran, percaya deh sama aku. Kalau nggak, ntar kamu boleh musuhin aku lagi deh kayak dulu.”

“Bayu!! Kamu ngomong apaan sih, ya udah-udah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan senang yah kalau kita musuhan lagi.”

Bayu aneh sekali hari ini. Tadi siang dia ngomong yang nggak-nggak di telpon, dan malam ini dia juga menyuruhku membaca buku yang isinya aneh, tentang kematian. Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang, kata kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa aku semakin ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan. Peganganku semakin aku kuatkan ke pinggang Bayu, aku peluk pungungnya dan aku sandarkan wajahku ke sana. Aku merasakan lagi kalau aku bersama Bayu, saat ini mungkin Bayu sedang tersenyum karena dia merasakan cintaku besar untuknya.

Sambil mengenderai motornya, sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihatku, Bayu seperti orang yang was-was. Aneh, di sepanjang jalan aku terus kepikiran. Dan akhirnya bunyi keras dan goncangan hebat membuat aku kaget, nggak hanya goncangan, tapi sakit yang luar biasa di kepalaku, aku merasakan pusing serasa dunia ini berputar sangat kencang sekali, penglihatanku kabur, aku berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba aku melihat Bayu yang sedang tidur di jalanan, samar-samar aku melihat dia seolah-olah tidur nyenyak, aku merasa mimpi, mana mungkin Bayu tidur di jalan, perasaan baru tadi aku boncengan dengan dia. Aku berjalan mendekati dia, tapi orang-orang yang ramai lebih dulu menghampiri dia, aku semakin kesakitan, aku nggak kuat lagi dan akhirnya yang aku lihat hanya kegelapan.

“Ela, kamu nggak apa-apa sayang, ini Mama.”
Aku pandangi wajah Mama. Dia seperti orang yang ketakutan, aku melihat sekelilingku, tiba-tiba aku baru sadar, selintas kejadian tadi malam teringat lagi olehku.
“Ma, Bayu mana? Dia baik-baik aja kan?”
“Ela, nanti aja, kamu istirahat dulu, kamu masih sakit sayang.”
“Nggak Ma, Ela nggak merasa sakit apa-apa, sekarang Ela mau lihat Bayu, dimana dia Ma?”
“Ela, luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu ngerasain sakit.”
“Ma, Ela nggak ngerasa sakit, benaran, nggak tau kenapa Ela ngerasa sehat dan kuat Ma, sekarang pokoknya Ela mau ketemu Bayu, pasti saat ini dia butuhin Ela banget.”
“Ela, saat ini Bayu nggak butuh siapa-siapa lagi, dia udah aman Ela, dia udah tenang di sana, sekarang udah bahagia dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga dia di sana.”
“Apa? Apa Ma, maksud Mama? Mama bohong!! Ela nggak percaya, nggak mungkin, nggak mungkin itu terjadi sama Bayu, dia udah janji Ma nggak akan pernah ninggalin Ela, dia sayang Ela, Ela sayang Bayu Ma .... nggak, nggak mungkin....

Teriakanku membuat semua suster datang ke tempatku, mereka berusaha menenangkanku, tapi aku nggak bisa, air mataku mengalir terus tiada hentinya, salah seorang suster baru saja akan memberiku suntikan penenang, tapi cepat-cepat aku elakkan.
“Tolong jangan suster, saat ini aku nggak butuh itu, aku hanya ingin menangis, aku nggak rela, aku marah sama Bayu, kenapa dia berani pergi ninggalin aku, padahal dulu dia udah janji nggak akan pernah pergi dariku, tapi kenapa Bayu bohong, kenapa sekarang justru dia pergi selamanya, dan aku tau dia nggak akan pernah kembali lagi kan untukku? Kenapa kamu tinggalin aku Bayu?”

“Ela, ini udah takdirnya, waktu Bayu udah habis di dunia, kamu jangan pernah marah sama Bayu sayang. Kamu harus yakin kalau sekarang Bayu udah bahagia di sana.”
“Ma, kenapa justru Bayu, kenapa buka Ela aja yang ada di sana? Ela mau kok Ma, Menggantikan Bayu, karena Ela sayang sama Bayu Ma, atau biarkan Ela untuk bersama dia sekarang, Ela pengen menyusul dia Ma, Ela nggak mau hidup di dunia ini tanpa dia, percuma Ma, percuma kalau nggak ada Bayu di sini, hidup Ela nggak ada arti apa-apa.”

Dengan cepat suster-suster itu memegang seluruh tubuhku, dan sesaat kemudian aku tertidur, di alam mimpi Bayu datang padaku. Dengan pakaian yang serba putih Bayu tersenyum padaku, dia berjalan mendekatiku, dia kelihatan senang sekali, seolah-olah dia mendapatkan kebahagiaan yang baru, yang tiada duanya di dunia, melihat Bayu terus-terusan tersenyum, rasanya aku ingin sekali ikut bersama dia, ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku berusaha memeluknya dan menggenggam tangannya, dia membalas pelukanku, dia mendekapku, kembali aku meerasakan kenyamanan bersamanya, aku merasakan dia memberiku kekuatan, ketegaran, dia membelai rambutku dengan penuh rasa sayang, tapi pelan-pelan dia melepaskanku, dia justru menjauh dariku, semakin jauh, jauh dan hilang dari penglihatanku.

Saat aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit pada kepalaku, tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit. Sekarang dunia bagiku terasa kelam, hujan nggak hanya membasahi bumi, tapi hujan membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah nggak berhenti menangis, menangisi orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia nggak akan pernah kembali lagi.

Tiba-tiba mataku tertuju pada buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah buku yang dibelikan Bayu kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu, beberapa menit kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis membaca buku itu, sekilas aku seolah-olah melihat wajah Bayu tersenyum di langit yang mendung di luar sana.

Entah kenapa sekarang aku kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang diberikan oleh Bayu, aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku, menenangkanku, aku dapat merasakan cinta dan sayangnya. Bayu, aku sangat mencintai dan menyayangi kamu, aku yakin kamu bahagia di sana, walaupun kamu sudah pergi dari kehidupanku, tapi kamu nggak akan pernah pergi dari hatiku, kamu abadi untukku, Bayu. Aku akan buktikan, kematianmu nggak akan pernah mengakhiri cintaku.***

Sebaris Nyanyian Dari Ibu


 SEBARIS NYANYIAN DARI IBU

Ibuku malang ibuku tersayang…

Tatap matamu Satu,

 seakan kasih sebening kaca.

Masa-masa duka,

Kau bangkitkan gaya jua

Dalam mengarungI gelombang samudra hidup ini.

Nasib tiada pernah kau ratapi

Kau terima dengan tabah

Kehidupan ini kau anggap bagai menggarap sawah

Dengan keringat sendiri kau tanamkan rasa harga diri.





Nyanyian itu tak akan pernah terlupakan olehku. Nyanyian yang mengingatkan aku akan ibu yang telah melahirkan aku dan membesarkanku hingga aku menjadi seperti ini. Aku sangat bersyukur karena aku mempunyai seorang ibu yang berhati mulia, yang setiap malam selalu mengantar aku tidur sambil menyanyikan lagu itu, menasehati aku, memberikan aku pujian dan membuat aku bangga padanya karena ketabahan hatinya. Meskipun sering kali aku membuatnya kecewa tapi ibu tak pernah sedikitpun membesarkanya. Dia tahu bagaimana yang seharusnya dia lakukan untuk memberiku semangat ketika aku merasa terpuruk, patah hati dan hilang kendali. Ibu adalah teman yang selalu mengisi hariku dan tempat berlabuh dimana semua kekesalan ku terobati. Ibu, aku rindu padamu...kapan kau akan menyanyikan lagu itu lagi? Kapan kau akan menjaga aku ketika aku tengah sekarat, dikala tak mampu untuk menyuap makanan. Kaulah penolongku ibu. Aku rindu semua itu. Biar sedewasa apupun diriku, jika berada di dekapmu aku merasa diriku seperti sepuluh tahun yang lalu. Merengek, manja dan selalu ceroboh.

Akhir-akhir ini, Aku tahu kau merasa  terkekang dengan sikap ayah, merasa dihianati, merasa tak dihargai. Aku tahu kau sangat prustasi. Sering kali dalam keluarga kita terjadi percecokan dan semua kesalahan selalu dilimpahkan padamu. Kau menerimanya dengan lapang meskipun kau tahu sendiri kalau itu bukan kesalahmu. Ayah tak tahu apa-apa tentang kasih sayang yang kau berikan kepada kami. Dia hanya bisa menuntut dan menuntut agar kita menuruti semua kemauannya dan jika tidak, kitalah yang dianggap tak tahu berterima kasih atas nafkahnya. Kau tak pernah menyadarinya ibu, sehabis kau dan ayah bertengkar, aku tak pernah absen mengintipmu yang sedang menangis termangut-mangut dan kau sesekali menyalahkan dirimu sendiri. Ketika aku mulai terhanyut oleh tangisanmu, tanpa aku menyadari air mataku ikut menetes. Setitik, dua titik hingga mataku sembab.

Tak berakhir di situ. Semua orang mengejekmu, menghinamu karena kau dianggap tak berhasil dalam mengurus keluarga, karena kau disebut-sebut sebagai wanita jalang dan materialistis. Padahal mereka tidak tahu apa-apa. Mereka hanya pandai membuat masalah baru tanpa mengintropeksi diri mereka terlebih dahulu. Aku jadi geram mendengar kata-kata mereka. Kalau saja mereka bukan keluarga dekat kita, ingin rasanya aku menghantam dan menjahit mulut mereka agar berhenti membuat gosip yang tak sedap mengenaimu. Bukanya aku tak berani membelamu, hanya saja mereka terlalu tua, dan bukankah ibu pernah menasehatiku, ”kalau ada orang yang berbuat nggak baik terhadap kita, kita harus diamkan karena karma masih berlaku di muka bumi ini Ka.” dan aku sangat, sangat menghargai nasehatmu itu.

Itu bukan sekali, dua kali kau mendapat perlakuan tidak baik dari mereka. Mereka memang nggak punya perasaan Bu, dan yang terakhir kau di fitnah berselingkuh hingga terjadi percecokan yang paling hebat dari yang sebelumnya. Sebegitu tak tahannya dirimu atas ketidakadilan tersebut, kau terpaksa pergi meninggalkan aku dan Deddy. Kau pergi tepat pada saat aku terjaga oleh mimpi meskipun tanpa nyanyian itu. Kau pergi pada tanggal 17 januari 2010, pukul empat ketika fajar belum tampak dari wajah bumi. Kau pergi dengan membawa luka serta kesedihanmu. Padahal tujuh hari sebelumnya, kita baru saja melangsungkan pesta ulang tahunmu yang ke-38.

Aku bingung mencarimu ibu. Aku mencoba untuk menghubungi kerabat dekat, kerabat jauh bahkan temanmu. Bertanya dimana kini kau berada, tapi mereka sama sekali tak mengetahuinya dan balik menanyaiku. Aku menangis ibu, dan kau tak tahu seberapa besar kekawatiranku dan Deddy yang begitu panik mencarimu kemana-mana. Seakan-akan kami berdua baru saja kehilangan jiwa kami, aku merasa tubuhku kosong, nafasku terasa berat. Berhari-hari aku mengingat dan memikirkan keadaanmu. Aku takut kalau sakit yang kau derita kambuh lagi karena kau tak akan mampu melangkah  jika sakit itu kambuh. Aku takut jika aku tak bisa menemuimu lagi dan mendengarkanmu menyanyikan lagu itu untukku.

Bu saat itu tak ada lagi sandaran buat aku untuk bercerita. Tak ada lagi orang yang bisa aku percaya. Ayah terlalu sibuk dengan masa dudanya, adik juga, mereka hanya sibuk dengan diri mereka sendiri. Akulah kini yang bertanggung jawab, mengerjakan segala sesuatu di rumah. Ibu, sekarang  aku tak bisa menikmati masa remajaku, itu semua karena tanggung jawabku yang tak bisa aku tinggalkan. Kerap kali aku jadi stres karena aku harus membagi waktuku antara kuliah dengan kerjaan. Aku juga tak pernah dihargai oleh mereka. Aku selalu saja dianggap tak bisa membuat mereka bangga, padahal mereka tahu sendiri bagaimana letihnya aku karena memikul beban ini sendirian.

Ibu andai saja ada dua pilihan, satu-satunya yang kupilih adalah ikut bersamamu, andai saja wanita Bali bebas memilih adat, aku yang pertama kali yang akan ikut adatmu, asalkan aku tetap berada di dekatmu, mendengarkan nyanyianmu, itu sudah membuatku merasa nyaman.

Sekali lagi aku ingin mendengarkan nyangiann itu ibu. Jika kita dipertemukan kembali, aku ingin kau nyanyikan lagu itu lagi untukku seperti sepuluh tahun yang lalu di saat aku masih merengek-rengek dan selalu minta  kau rangkul.

Cinta Itu Butuh Kesabaran


Cinta itu butuh kesabaran...


Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita ???

************

Hari itu,,,aku dengan nya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..

Aku menjadi perempuan yg paling bahagia.....

Pernikahan kami sederhana tapi sangat meriah.....

Ia menjadi pria yang sangat romantisan pada waktu itu.

Menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula

Ketika kami pacaran dia sudah sukses dalam karir nya.

Kami berbulan madu di tanah suci,,itu janjinya ketika kami berpacaran

Setelah menikah aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci....

Aku sangat bahagia dengan nya,,diya sangat memanjakan aku.... Sangat terlihat
rasa cinta dan sayangnya pada ku.

Banyak orang yang bilang,kami pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali
bagaimana suamiku memanjakanku. Aku bahagia menikah dengannya.

************

5 Tahun sudah kami menikah, sangat tak terasa waktu berjalan, walaupun kami
hanya berdua saja.

Karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil di
tengah keharmonisan rumah tangga kami.

Karena dia anak lelaki satu - satunya dalam keluarga nya,,jadi aku harus
berusaha untuk dapat meneruskan generasi nya...

Alhamdulillah suamiku mendukung ku.... Ia mengaggap Allah belum mempercayai
kami untuk menjaga titipan NYA.

Tapi keluarga nya mulai resah,, Dari awal kami menikah ibu & adiknya tidak
menyukaiku,, aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari
mereka,,tapi aku menutupi dari suami ku.....

didepan suami ku,,mereka sangat baik pada ku,,tapi dibelakang suami ku,,aku
dihina - hina oleh mereka...

Pernah suatu ketika, 1 tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami
kecelakaan,, , mobilnya hancur

Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi
seorang janda.

Ia dirawat dirumah sakit,,pada saat dia belum sadarkan diri,,aku selalu
menemaninya siang & malam, kubacakan ayat - ayat suci Al - Qur'an,aku sibuk
bolak - balik rumah sakit dan tempat aku melakukan aktivitas sosialku, aku
sibuk mengurus suamiku yang sakit karean kecelakaan.

Ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami,,aku melihat
didalam kamarnya ada ibu, adik - adiknya dan teman - teman suamiku, dan satu
lagi aku melilhat seorang wanita yg sangat akrab dengan ibunya. Mereka
tertawa menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami
ku sudah sadar,,tapi aku tak boleh sedih di depannya.

Kubuka pintu yg tertutup rapat itu,sambil mengatakan "Assalammu'alaikum"
mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua
melihatku,,, suamiku menatapku penuh manja,,mungkin ia kangen padaku karena
sudah 5 hari mata nya selalu tertutup. Tangannya melambai,,mengisyar atkan
aku untuk memegang tangannya yg erat. Setelah aku menghampirinya, ku cium
tangannya sambil berkata "Assalammu'alaikum", ia pun menjawab salam ku dengan
suaranya yg lirih tapi penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Ibu nya lalu berbicara sama aku ...

"Fis, kenalakan ini Desi teman Fikri"

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya,
perempuan itu bernama Desi, dan diya sangat akrab dengan keluarga suamiku.
Dan akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga.
Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku biacara di dalam
ruangan,,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka - luka di kepala suamiku,,,baru
sebentar aku membersihkan mukanya,,tiba - tiba adik ipar ku yg bernama Dian
mengajakku keluar,ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun
mengijinkannya. Aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata " lebih baik kau pulang saja " Ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. "

Aku pun tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus
banyak beristirahat, karena sikologisnya masih labil,, Aku berdebat dengannya
mengapa aku tidak boleh pamitan pada suamiku, tapi tiba - tiba ibu mertuaku
datang menghampiriku dan ia mengatakan hal yg sama, ia akan memberi alsan
pada suamiku mengapa aku pulang tak pamitan pada nya, toh suamiku selalu
menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah suamiku tetap saja membenarkannya,
akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali
dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dlm kesendirianku. Menangis
mengapa mereka sangat membenciku.

************

Hari itu, aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut
kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain. Pagi itu, pada
saat aku membersihkan pekarang rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman
belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit
kami, sambil melihat ikan - ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya " Ada apa kamu memanggil ku ?"

Ia berkata " Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang "

Aku menjawab " Ia sayang aku tahu, aku sudah mengemasi barang - barang kamu di
travel bag dan kamu sudah pegang tiket bukan ?"

"Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sdh lama
tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku kan pulang
dengan mama ku " Jawab nya tegas

"Mengapa baru bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana ?" tanya ku
balik kepada nya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena
ia baru memberitahu rencana kepulanggannya itu, padahal aku bersusah payah
mencarikan tiket pesawat untuknya.

" Mama minta aku yang menemani nya saat pulang nanti " jawab nya tegas

" Sekarang aku ingin seharian dengan kamu, karena nanti kita 3 minggu tidak
bertemu, ya kan ?" lanjut nya lagi sambil memeluk ku dan mencium keningku.
Hatiku sedih, dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku, dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya.
Walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena
keluarga nya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu pada ku karena
suamiku sangat sayang pada ku, aku memutuskan agar ia saja yg pergi, dan kami
juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya. Jadi seluruh keluarga nya harus
komplit, aku pun tak diperdulikan oleh keluarganya harus datang atau tidak,
tidak hadir justru membuat mereka sangat senang, aku pun tak mau membuat riuh
keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluannya yang
akan dibawa ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku
lalu aku peluk erat dirinya, hati ini bergumam seakan terjadi sesuatu,,tapi
aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan
ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah di tinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama -
sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian tidak punya teman, hanya pembantu
saja teman ngobrolku.

Hati ini sedih akan di tinggal pergi oleh nya.

Sampai keesokan hari nya, aku menangis..menangisi kepergiannya.
Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh
berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu
menelpon ku.

************

Berjauhan dengan suamiku, sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah
aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadi aku tak terlalu
kesepian di tinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami buruk,saat ia di sana aku
pun jatuh sakit...rahimku sakit sekali seperti dililit oleh tali,,,tak tahan
aku menhan rasa sakit dirahimku ini,sampai - sampai aku mengalami
pendarahan,, aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki - lakiku yang
kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim
stdium 3.... Aku menangis,,apa yang bisa aku banggakan lagi,,mertuaku akan
semakin menghinaku,, ,suami ku yang malang ,,yang berharap akan punya
keturunan dari rahimku... Aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan aku hanya
memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku menunggu ia pulang,,kapan ia pulang, aku tak
tahu..

Sementara suamiku disana,,aku tidak tahu mengapa ia selalu marah - marah jika
menelponku,, bagaimana aku akan cerita kondisiku jika ia selalu marah - marah
terhadapku,,

Lebih baik aku tutupi dulu,,dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia
berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita pada
nya.
Setiap hari aku menanti suami ku pulang, hari demi hari aku hitung....

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto - f
oto kami, ponselku berbunyi, menandakan ada sms yang masuk.

Ku buka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms, ia menulis "aku
sudah beli tiket untuk pulang, aku pulang nya satu hari lagi, aku kabarin
lagi".

Hanya itu saja yang diinfokannya, aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego
yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba,,aku menantinya di rumah.
Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum
kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan aku akan menyelesaikan
masalah komunikasi kami yg buruk akhir - akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubuka kan pintu untuknya ia pun mengucap salam, sebelum
masuk aku pegang tangannya ke depan teras, ia tetap berdiri, aku membungkuk
untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan ku cuci kedua kakinya, aku tak mau ada
syaithan yang masuk ke dalam rumah kami, setelah itu aku pun berdiri langsung
mencium tangannya tapi apa reaksi nya ...

Masya Allah ia tidak mencium keningku, ia langsung naik keatas, ia langsung
mandi dan tidur,tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikiran, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya
sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada
tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa nya kami selalu berjama'ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas,
aku tak tega membangun kannya, aku helus mukanya, aku cium kening nya, lalu
aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka'at.

************

Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku liat dia dari balkon kamar
kami dia bersiap - siap untuk pergi, aku memanggil nya tapi ia tak mendengar,
lalu aku langsung ambil jilbabku, aku lari dari atas ke bawah tanpa
memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku, aku mengejarnya tapi ia begitu
cepat pergi,,ada apa dengan suamiku...mengapa ia sangat aneh terhadapku ?

Aku tidak bisa diam begitu saja firasatku ada sesuatu.
Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku, kebetulan Dian yang
angkat telpon nya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang terjadi dengan
suamiku. Dengan enteng ia menjawab "Loe pikir aja sendiri !!!" telpon pun
langsung terputus.

Ada apa ini ? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah
setelah ia pulang dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara
padaku, apalagi memanjakan ku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung
jawabnya sebagai seorang suami, kami berbicara seperlunya saja, aku selalu di
introgasinya, aku dari mana dan mengapa pulang terlambat, ia bertanya denagn
nada yg keras, suamiku telah berubah.

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah di tuduh nya berzina dengan mantan
pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah
itu, tapi aku selalu ingat, sebagaimana pun salahnya seorang suami, status
suami tetap di atas para istri, itu yang aku pegang, aku hanya berdo'a agar
suamiku sadar akan prilakunya. *******

2 Tahun berlalu, suamiku tak berubah juga, aku menangis tiap malam, lelah
menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja kenal, kemesraan
yang kami ciptakan dulu telah sirna, walaupun kondisinya tetap seperti itu,
aku tetap merawatnya & menyiapi segala yang ia perlukan. Penyakitku pun masih
aku simpan dengan baik dan ia tak pernah bertanya obat apa yang aku minum.
Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak
tahu kapan ini semua akan berakhir.

Bersyukurlah, aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang
guru ngaji jadi aku tak perlu repot - repot meminta uang pada nya hanya untuk
pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.

Sungguh suami yang dulu aku puja, aku banggakan sekarang telah menjadi orang
asing, setiap aku tanya ia selalu meyuruhku untuk berpikir sendiri.
Tiba - tiba saja malam itu, setelah makan malam selesai, suamiku memanggilku.

"ya ada apa Yah !" sahutku dengan memanggil nama kesayangannya "Ayah"

"Lusa kita siap - siap ke Sabang ya !" Jawabnya tegas

" Ada apa ?" Mengapa ?" sahutku penuh dengan keheranan

Astaghfirullah. ..suami ku yang dulu lembut menjadi kasar, diya mebentakku,,
tak ada lagi diskusi antara kami.

Dia mengatakan " Kau ikut saja jgn byk tanya !!! "

Aku pun lalu mengemasi barang - barang yang akan dibawa ke Sabang sambil
menangis,sedih karena suamiku yang tak ku kenal lagi.

2 Tahun pacaran, 5 tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang
asing buat ku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi
foto pernikahan kami sekarang menjadi dingin, sangat dingin dari batu es. Aku
menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak tapi aku tak
bisa, suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi,
suka membanting barang - barang, dia bilang perbuatan itu menunjukkan
ketidakhormatan kedapanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan
sabar mengobati penyakitku ini sendiri.

************

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak
tidur, karena terus berpikir. Keluarga besar nya telah berkumpul disana,
termasuk ibu & adik - adiknya, aku tidak tahu ada acara apa ini.. Aku dan
suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia
pun keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dlm lemari tua
yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua itu telah ada sebelum suamiku
lahir.
Tiba - tiba Tante Lia, tante yang sangat baik pada ku memanggil ku untuk
segera berkumpul diruang tangah, aku pun ke ruang keluarga yag berada di
tengah rumah besar itu, rumah zaman peninggalan belanda diaman langit -
langit nya lebih dari 4 meter. aku duduk disamping suamiku, suamiku menunduk
penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya pada nya, tiba - tiba saja
neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya
membuka pembicaraan.

"Baiklah,karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau
Fisha ! " Nenek nya bicara sangat tegas.. Dengan sorot mata yang tajam.
" Ada apa ya Nek ?" sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab " Kau telah gabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun,
sampai saat ini kami tak melihat tanda - tanda kehamilan yang sempurna, sebab
selama ini kau selalu keguguran !!'

Aku menangis, untuk inikah aku diundang ke mari, untuk dihina atau di pisahkan
dengan suamiku.

"Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu, sebelum kau menikah
dengannya, tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur, dan akhirnya
menikahlah ia dengaa kau." Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat
orang Sabang seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
"Dan aku dengar dari ibu mertua mu kau pun sudah berkenalan dengannya"
Neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.

Sedangkan suamikku hanya diam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku
peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian.

Nenek nya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari
pembicaraannya ialah dengan wajah yang sangat menantang ia berkata " kau mau
nya gimana ? kau di madu atau diceraikan ?"

Masya Allah...... kuat kan hati ini, aku ingin jatuh pingsan, hati ini seakan
remuk mendengar nya, hancur hati ku, mengapa keluarganya bersikap seperti ini
terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu tersebut, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.

"Fish, jawab !! " Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab

Aku langsung memegang tangan suamiku, dengan tangan yang dingin dan gemetar
aku menjawab dengan tegas....... ..
" Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat
berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan
keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami."

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cinta ku di bagi, pada saat itu
juga suami ku memandangku dengan tetesan air mata, tapi mata ku tak sedikit
pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suami ku, "Ayah siapakah yang akan menjadi sahabat ku
dirumah kita nanti Yah ? "

Suamiku menjawab " Dia Desi ! "

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara " Kapan pernikahan nya
berlangsung ? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek ?"

Ayah mertuaku menjawab "Pernikahannya 2 minggu lagi."

" Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruh nya
mengurus KK kami ke kelurahan besok" setelah berbicara seperti itu aku
permisi untuk pamit ke kamar.

Tak tahan lagi, air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka
pintu kamar, aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku
sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah
dibagi,,sakit. ..diiringi akutnya penyakitku. Apakah karena ini suamiku
menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini ?

Aku berjalan menuju ke meja rias, ku buka jilbabku, aku bercermin sudah tidak
cantikkah aku ini, ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari
rontok, ku lihat wajahku,,ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi,
rambutku sudah hampir habis, kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba - tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suami ku datang, ia berdiri
dibelakangku, ,tak kuhapus air mata ini aku langsung memandangnya dari cermin
meja rias itu.

Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan "terimah kasih ayah, kamu
memberi sahabat kepada ku, jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi
kamu nanti ! iya kan ?"

Suami ku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum
dan bertanya knp rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai
shampo, dalam hati ku mengapa ia sangat cuek ? ia sudah tak memanjakan ku
lagi.. Lalu dia bilang bilang "sudah malam, kita istirahat yuk " !

"Aku sholat isya dulu baru aku tidur" jawab ku tenaang.

Dalam sholat, dalam tidur aku menangis, ku hitung waktu, kapan aku akan
berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku. Aku
tak tahu kalo Desi orang Sabang juga. Sudahlah ini mungkin takdirku. Aku
ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku, diamana rasa
sayang dan cintanya itu.

************

Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.

Di laptop aku menulis saat - saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada
suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang tidur
pulas, apa salahku sampai ia berlaku kejam kepada ku. Aku save di my document
yang bertitle "Aku mencintaimu Suamiku "

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar,
aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, mungkin aku takkan bisa
melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama,, lalu suamiku yang telah siap
dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.

"Apakah kamu sudah siap ?"

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :

"Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk ke dalam
rumah ini, cucilah kaki nya sebagaimana kamu mencuci kaki ku dulu, lalu
ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do'a di ubun - ubunya
sebagaimana yang kamu lakukan pada ku dulu lalu setelah itu....." tak sanggup
aku ingin meneruskan pembicaraan ini, aku ingin menagis meledak

Tiba - tiba suamiku menjawab "lalu apa Bunda ?"

Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk,aku langsung
menatapnya dengan mata yang berbinar - binar...

"bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan ?" pinta ku tuk menyakini
bahwa kuping ini tidak salah mendengar.

Dia mengangguk dan berkata " Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda ?"
sambil ia menghelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sidikit
membungkuk karena diya sangat tinggi, aku hanya sedada nya saja.

Dia tersenyum, sambil berkata " Kita liat saja nanti ya !" dia memelukku dan
berkata, "bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama"
lalu ia mencium keningku, aku langsung memeluk nya erat dan berkata " Ayah,
apakah ini akan segera berakhir ? Ayah kemana saja ? Mengapa ayah berubah ?
Aku kangen sama ayah ? Aku kangen belaian kasih sayang ayah ? Aku kangen
dengan manjanya ayah ? Aku kesepian ayah ? Dan satu hal lagi yang harus ayah
tau bahwa aku tidak pernah berzinah ! Dulu waktu awal kita pacaran,aku memang
belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama ayah baru bisa aku terima,
jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari." Bukan bearti aku
pernah berzina ayah. Aku langsung bersujud di kakinya dan mencium kaki imamku
sambil berkata " Aku minta maaf ayah telah membuatmu susah"

Saat itu juga, diangkatnya badanku,ia hanya menangis.

Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali.
Tiba - tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan ku,
dan ia bertanya " bunda baik - baik saja kan " tanya nya dengan penuh
khawatir.

"aku pun menjawab, bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu
sudah membuatku baik Yah" aku tak bisa bicara sekarang. Karena dia akan
menikah. Aku tak mau buat diya khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara
prosesi akad nikah tersebut.

************

Setelah tiba dimasjid, ijab qabul pun dimulai. Aku duduk di sebrang suamiku.

Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu membuat hati ini
cemburu, ingin berteriak mengatakan "Ayah Jangan" tapi aku ingat akan kondisi
ku.

Jantung ini berdebar kencang, ketika mendengar ijab qabul tersebut. Begitu
ijab qabul selesai, aku menarik napas panjang, Tante Lia, tante yang baik
itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini, ya,,aku
kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding di pelaminan. Orang - orang
yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku sangat aneh,
wajahku yang selalu tersenyum tapi hatiku menangis.

Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja, tak mencuci
kaki nya. Aku sangat heran dengan prilaku nya. Apa iya, dia tidak suka dengan
pernikahan ini ?

Sementara itu Desi sambut hangat di dalam keluarga ku

...

Sementara itu Desi sambut hangat di dalam keluarga suamiku,tak seperti aku
yang di musuhinya.

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa !! Suamiku akan tidur dengan
perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tau apa yang mereka lakukan
didalam.

1/3 malam, pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, aku
melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah, ku dekati
lalu ku lihat.... Masya Allah, suamiku tak tidur dengannya,ia tidur disofa,
aku duduk disofa itu sambil menghelus mukanya yang lelah, tiba - tiba ia
memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.

"kamu datang ke sini, aku pun tau " ia langsung berkata seperti itu, aku
tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail, ia
mengatakan "maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego
nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta , biar Desi pulang dengan mama,papa Dan
juga adik - adikku"

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk
istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah
lama ini tidak terjadi. Ya Allah, apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut
untuk mengambil nyawaku sekarang ini, aku telah meresakan kehadirannya saat
ini. Tapi masih bisakah engaku ijinkan aku untuk mersakan kehangatan dari
suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini.

Suamiku berbisik, "Bunda kok kurus ?"

Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.

Aku pun berkata "Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi ?"

" Aku kangen sama kamu Bunda " Aku tak mau menyakitimu lagi, kamu sudah
terluka oleh sikapku yang egois" Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.

Lalu suamiku berkata, " Bun, ayah minta maaf telah menelantarkan bunda...
Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalo bunda tidak tulus mencintai ayah,
bunda seperti mengejar sesuatu, seperti harta ayah, dan satu lagi ayah pernah
melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya klo bunda gk mau
berbuat seperti itu, dan seperti itu di beri tanda kutip ( "seperti itu" ),
ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung, dan ayah berpikir klo bunda
pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh
keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda "

Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan
didirinya, hanya karena omongan keluarganya, yang tidak pernah melihat betapa
tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.

Aku hanya menjawab "Aku sudah ceritakan itu kan Yah, aku tidak pernah berzinah,
dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa
kamu, banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya
mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita
mencintaimu.

Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian di
kamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku
dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluaraganya juga. Karna aku tak mau
mati dalam hati yang penuh denagn rasa benci.

************

Keesokan harinya..... .....

Katika aku ingin bangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit
sekali..aku pendarahan.. suamiku kaget...

Suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.

Aku pun dilarikan ke rumah sakit....

Jauh sekali aku mendengar suara zikir suamiku....

Aku merasakan tanganku basah...

Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan " Bunda,,Ayah minta
maaf ,,,,!!"

Berapa kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hati ku, apa ia tahu apa yang
terjadi padaku.

Aku berkata dengan suara yang lirih " Yah....Bunda ingin pulang,,bunda ingin
bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya Yah...."

"Ayah jangan berubah lagi ya !!! Janji ya Yah... !!! Bunda sayang banget sama
Ayah "

Tiba - tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakit nya semakin keatas, kakiku
sudah tak bisa bergerak lagi, aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku,
kulihat wajahnya yang tampan, linangan air matanya.

Sebelum mata ini tertutup ku lafazkan kalimat syahadat dan ditutup denagn
kalimat tahlil.

*********************

Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku

Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka,,

Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami
menikah.

Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafas ku.

Untuk Ibu mertuaku : "Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai
aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma, dari dulu aku selalu berdo'a
agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan
suamiku, apa engkau punya bukti nya Ma. Mengapa engkau sangat cemburu padaku
Ma ? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka
kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu,
tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi dengan ku,
menantumu kau bersikap sebaliknya."

************

Setelah ku buka laptop,ku baca curhatan istriku

Ayah,,mengapa keluargamu sangat membenciku

Aku dihina oleh mereka ayah.

Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu ?

Pernah suatu ketika, aku bertemu Dian di jalan, aku menegornya karena dia adik
iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidak sukaannya. Sangat terlihat
Ayah.

Tapi ketika engaku bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia
memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu
ayah.

Aku tak bisa berbicara ttg ini padamu, karen aku tahu kamu pasti membela
adikmu, tak ada gunanya Yah.



Aku diusir dari rumah sakit.

Aku tak boleh merawat suamiku.

Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku

Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku

Aku sangat marah....

Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan
ibunya.

Aku tak mau sakit hati lagi.

Ya Allah kuatkan aku,,maafkan aku

Engkau Maha Adil.

Berilah keadilan ini padaku Ya Allah



Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku.

Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja - manja lagi padamu.

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini.

Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku.

Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah.





Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu

Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui

Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku

Aku harus sadar diri

Ayah,,sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu

Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku ?

Ayah aku masih tak rela

Tapi aku harus ikhlas menerimanya



Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya

Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku

Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir

Sebelum ajal ini menjemputku

Ayah...aku kangen ayah



Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu Bun

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi ke Pulau Kayu ini

Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwarna pink yang mencerminkan
keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.

Bunda akan selalu hidup dihati ayah.

Bunda... Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah...

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku
tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.

Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak
perduli, dalam kesendirianmu. ...

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan
belaian tangan Bunda yang halus.

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..

Bunda,,kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.

Aku menyesal telah asik dalam keegoanku..

Bunda maafkan aku. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat ditidurmu
yang panjang.

Maafkan aku , tak bisa bersikap adil dan membahagiakan mu, aku selalu
mengiyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku
ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana ?

Apakah Bunda tetap menanti ayah disana ? Tetap setia di alam sana ?

Tunggulah Ayah disana Bunda......

Bisakan ? Seperti Bunda menunggu ayah di sini...... Aku mohon.....

Ayah Sayang Bunda....